Januari 10, 2012

Konseling dan Pertanyaan Gag Penting


Kemaren aku konselling sama temen. Dia lagi praktek, memintaku jadi klien. Oke, aku cerita tentang suatu masalah yang sangat mengganjal yang aku tak akan ceritakan di sini. Lha trus ini aku mau cerita apa? Yaitu pertanyaan-pertanyaan gejenya yang keluar dari konteks yang sangat hmmm...ngganjel dan bikin aku hmmm...

Dia tanya, apa yang aku harapkan dari jurusan yang sekarang aku ambil sekarang? Umm, nantinya mau kerja di mana?

Aku kuliah di Pendidikan Bahasa Perancis. Aturan lulus jadi guru. Tapi aku gag tau, aku sepertinya gag mau jadi guru. Aku ngerasa kapok, gag cocok, dan gag pengen jadi guru, apalagi ‘cuma’ guru Bahasa Perancis. Cuma dikatain aja sama murid-murid. Lagian, aku orangnya tak terlalu memusingkan masa depan, ntar mau kerja apa, mau jadi apa. Toh sekarang banyak orang yang kerja yang gag sesuai dengan bidangnya. Jadi, kemungkinan besar, kerjaanku nanti adalah sesuatu yang bukan aku perjuangkan layaknya sebuah cita-cita. Sekedar kebutuhan demi menghidupi diri dan mungkin keluarga nantinya. 

Lalu sebenarnya tadinya kamu pengen jadi apa [cita-cita]?

Sebenernya ada keinginan jadi guru. Tapi kapok gara-gara PPL maren. Ada keinginan juga jadi crew di perusahaan televisi. Ada juga keinginan jadi anchor kaya Najwa Shihab (ngakak dulu) tapi aku sadar butuh keahlian dan pengetahuan luas yang aku gag punya (atau aku yang malas menekuninya?). umm jadi dosen aja kali ya? Kan gag beda jauh dari guru. Lebih enak. Murid [mahasiswa] lebih mudah di atur. Malas ngajar? Tinggal kasih tugas aja... hahahahahaha.

Kamu punya pacar gag sih, Rin?

Lagi jomblo. Kenapa?

Hah??? Kamu tuh sekarang umur berapa? Menuju 24 kan? Trus kamu ntar mau nikah umur berapa?

Ini pertanyaan yang paling geje menurutku. Kenapa kamu jadi ngurusin aku? Sekali lagi, aku gag begitu masalah mau nikah umur berapa. Emang sekarang belum ada calon, lalu mau apa? Tak usah terlalu dipaksakan. Hanya karena omongan orang, jadi gag enak, trus maksa-maksa nikah. Aih, sebodo teuing lah. 
Lagian, sejak kapan ada batas usia wajib nikah? Mengapa menikah, apalagi di usia muda, dianggap sebagai suatu kesuksesan besar sehingga harus dilebih-lebihkan? Mungkin memang bagi sebagian besar orang menikah adalah suatu pencapaian, tapi bisakah untuk bersikap biasa wae? Sepertinya kita perlu mengingat dan mengamalkan kembali pelajaran waktu kita sedang berada di Sekolah Dasar: saling menghargai. Menghargai orang lain terhadap segala keputusannya atas dirinya, terutama untuk menikah di usia yang dikehendakinya, atau bahkan tidak menikah.

Jadi, kamu beneran jomblo???

Ciaaaaatttt...jurus lempar kunyuk sembunyi bokong.... Iya. Saya jomblo. Kenapa? Salah? Kenapa kamu mengucapkannya seolah jomblo adalah sebuah dosa besar? My oh my... Aku pernah beberapa kali menjalin hubungan, tapi ternyata gag berhasil dan bertahan lama. Lalu mau apa? Tapi aku gag kapok. Hanya lebih santai. Hubungan masa laluku memberi banyak pelajaran sehingga aku tak mau terlalu gegabah dengan menyambut baik setiap tawaran yang diajukan laki-laki padaku. Aku kudu selektif. Apa aku salah? Kayanya gag deh ya...???

Kowe ki loro og Rin.

Pancen.

Kowe lanang po wedok eh?

Menurutmu? 

Dan berakhirlah pembicaraan itu. Aku geje banget ya??? Hahaha. Bodo lah.
Oia, satu lagi pertanyaan dari temenku [ini udah keluar dari pembicaraan tadi]. Saat itu aku sedang baca novel dan dia lagi ngerjain tugas. Tiba-tiba aku bilang, “Umm kadang-kadang, aku pengen ngrokok”. Seketika dia berhenti ngetik, melihat [kayaknya melotot deh] padaku.

“Kamu ada masalah apa, Mba?”
“Gag ada masalah apa-apa.”
“Trus, kenapa tadi pengen ngrokok?”
“Emang harus punya masalah ya, kalo mau ngrokok?”
“Ya pasti ada alasannya kan..kenapa pengen ngrokok?”
“Harus ada alasan ya?”
“Iya.”
“Apakah setiap perbuatan itu harus ada alasannya?”
“Iya.”
“Kalo aku melakukannya hanya karena aku pengen dan gag ada alasan selain itu?”
“Ya pasti ada alasannya.”
“Hmm kamu belum baca statusku pasti...”
“Apa?”
“Sering aku melakukan sesuatu karena sekedar ingin melakukannya, meskipun gag selalu benar. Tapi kau paham, kan? Aku ingin ‘bersenang-senang’...”

Dia bingung. Aku tersenyum. Lalu melanjutkan aktivitas masing-masing.

Tidak ada komentar: