Maret 30, 2011

Fakta-fakta tersembunyi


Bisa dibilang kehidupanku sekarang cukup baik. Belum sepenuhnya sempurna, masih banyak hal yang aku cari dan belum aku temukan. Tetapi setidaknya aku merasa bahagia. Itu yang terpenting.
Banyak hal sudah kualami. Jatuh cinta-patah hati-kehilangan-persahabatan-dll. Banyak pula yang menjadi pengalaman yang kini jadi pegangan.
Saya ingat, beberapa bulan sebelum ini, saya masih terjebak di dalam kubangan lumpur patah hati (hussss…lebay!). Hingga akhirnya sebuah kejadian benar-benar menyadarkan saya dan berhasil membuat saya membuat janji pada sendiri yang saya tulis juga dalam status FB saya. Isinya, “Berjanji pada diri sendiri… tanggal 10 bulan 10 tahun 2010”.
Sejak saat itu saya benar-benar mengikhlaskan seseorang itu. Saya mencoba mencari kehidupan baru. Dan benar saja. Tuhan mengenalkan saya dengan seseorang. Dia bukan orang baru dalam kehidupan saya. Sudah sejak lama saya tahu dia, tapi baru waktu itu saya mengenalnya. Yup, tahu tapi tidak kenal.
Dia coba ‘nggodain’ dan tanya-tanya. Dia coba pedekate. Mungkin dia memang hanya bercanda. Tapi jangan salahkan saya kalau ternyata saya jadi suka, dan mungkin saya jatuh cinta. Waktunya pas banget… Saat itu saya sedang kosong, dan datanglah dia. Apa saya salah?
Tapi saya sepenuhnya menyadari, saya baru saja mengenalnya, jadi saya belum tahu betul sifat dan karakternya. Saya juga tidak tahu apakah dia serius atau hanya bercanda. Sepertinya iya, tapi sepertinya tidak. Ahh, kenapa semua cowok sama saja??? Memberi janji-janji dan harapan tak pasti… Saya memutuskan untuk mencoba menikmati ini semua. Kalau memang dia serius, ya Alhamdulillah, tapi kalau engga ya mungkin ini intermezzo saja. Saya sudah siap dengan semua resikonya dan saya tak terlalu ingin memikirkannya.
Ohh…are u really sure?
Umm.. mungkin awalnya iya. Tapi semakin hari, napa saya jadi semakin suka sama dia ya? Saya sendiri gag ngerti. Saya jadi penasaran sama dia. Hmmm. Untuk selanjutnya, mungkin apa yang saya lakukan ini adalah hal yang memalukan dan kekanak-kanakan atau apalah. But yes, I’m stalking on him. Ewwwwww…. Konyol sekali kan? Begitulah kalo saya sudah penasaran sama orang. Maksudnya bukan membuntuti dia kemana-mana. Tapi saya coba cari tahu tentang dia lewat FB. Hehehehe.
Apa yang saya dapat? Ini hasil mata-mata saya:
  • Dia itu anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya cewek, adeknya juga cewek. Kalo kata orang jawa, pancuran kapit sendang. Sama juga dengan saya dan adek2 saya.
  • Dia dan kedua saudaranya mempunyai nama panggilan yang mirip, terdiri dari empat huruf.
  • Faktanya, satu keluarga itu, namanya sangat kejawen… sepertinya mereka masih keturunan keraton.
  • Darimana saya tahu itu? Saya tahu dari FB ayahnya, ada nama-nama keluarga besar mereka. Saudaranya yang lain masih ada yang menggunakan gelar RM, Rr… walaupun keluarga mereka engga, tapi nama mereka masih menggunakan unsur jawa
  • Fakta yang terrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr baruu… hehehehe. Saya baru tahu nama panjangnya. Oooooh.. how cute.. lucu banget, kejawen. Hehehehe. . Photobucket
  • Pertanyaan yang paling penting: apakah kamu berteman dengan (FB) ayahnya? Dan jawabannya adalah: tidak. Lantas, ko bisa kamu tahu semua itu? Semua hal itu saya tahu dari FB ayahnya, yang kebetulan banget engga di privat. Hahahahahha.
Ya ampun… mungkin perbuatan saya ini udah keterlaluan, tapi sumpah, saya gag ada maksud apa2 sama dia. Saya hanya pengen tahu saja. Anda semua kan tahu, saya ini sangat gag jelas... That’s all.
Mungkin suatu hari nanti kalau dia nemuin postingan ini (tapi moga ajah engga), saya mo ngomong,
“Sory ya mas, saya benar2 gag bermaksud apa2. Cuma iseng-iseng saja. Kalau kamu gag berkenan dan merasa keberatan, kamu bisa bilang sama aku dan nyuruh aku untuk menghapusnya”.
Photobucket
Huffff…. Kenapa saya bisa begitu konyol seperti ini???
Photobucket

Demi Apa

Malam itu aku tak sengaja bertemu dengannya, setelah sekian lama tak berjumpa. Senang? Tentu saja. Tapi ada rasa sesak, rasa kecewa, entahlah apa nama rasa itu. Yang jelas, ada suatu kesedihan yang entah kenapa tiba-tiba saja muncul ketika melihatnya. Rasa itu datang karena mengingat aku dan dia yang jauh, dan semakin jauh saja. Bukan karena jarak memisahkan, tapi karena hubungan kami yang terputus begitu saja. 

Selama kurun waktu sepersekian detik itu, muncul pertanyaan dalam hatiku,
“Ya Tuhan…kenapa kita sekarang begitu jauh…”

Tapi itu hanya sebentar saja karena saya langsung tersadar, saya harus segera nyebrang! (yeah…saya ketemu dia di perempatan jalan pas mau nyebrang.hehehe) 

Sempat kepikiran lagi sih. Tapi segera kutepis pertanyaan bodoh itu. Aku gag boleh lemah seperti ini, begitu aku terus menyemangati diriku sendiri. Tapi tak urung pertanyaan konyol itu selalu muncul di benakku. Ahh..kuputuskan untuk tidak terlalu memikirkannya.

Keesokan harinya, aku pergi bareng dengan teman. Kami makan bareng. Kami saling bercerita. Temanku, Tyas, yang adalah berasal dari kota yang sama dengan dia, bercerita bahwa Tyas baru saja bertemu dengan dia. Jleb! 

Kenapa aku merasa sedih? Demi apa? Atas dasar apa? Kenapa tiba-tiba aku merasakan kesedihan yang aneh? Saya sedih karena teman saya bisa bertemu dengannya, sedangkan saya yang ingin sekali bertemu sama dia, belum sempat keturutan. Apa saya kangen? Atau gimana? Saya sendiri heran. Saya sendiri tidak tahu bagaimana caranya mendefinisikannya.

Maret 21, 2011

Pelajaran


Kemarin, tepatnya hari minggu 20 maret 2011, adalah mungkin hari sialnya saya. Sudah pulang kemaleman, ban bocor, tak ada duit, sampai di kos malah gag bisa tidur gara-gara sakit gigi saya kambuh. Duh!
Kemarin malam, rencananya saya mau main ke tempat teman saya yang punya warung kopi. Ada keperluan hotspotan :D. Maklum mahasiswa, cari yang gratis dan murah saja. Hemat beb… Hehehe. Sebelum pergi saya sudah di wanti-wanti ibu kos agar gag pulang malam-malam. Demi menjaga kepercayaan beliau, jam sepuluh saya sudah siap-siap untuk pulang. Eh, tiba-tiba teman saya sms,
“Rin, ayo nonton live classic rock di Goeboex.”
Oh my… bagaimana saya tidak tergoda? Saya suka sekali music rock, apalagi kalau yang nyanyi si pakde Jon Bon Jovi (saya baru nyadar kalau tenyata dia ganteng bangetttttt…. :D).



Photobucket
Saya pikir, ahh..mungkin gag papa kalau liat bentar saja. :P

Photobucket
Lalu setelah pamitan saya meluncur ke sana. Dari warung teman saya (WTS) ke Goeboex (GB) harus melewati turunan dan menyeberangi sungai. Ini lewat jalan desa. Kalau lewat jalan kota muter jauh banget. Nah, pas sudah nyampe di turunan (FYI: jalannya jelek banget, berbatu dan berlubang) ternyata jalan yang menuju sungai ditutup dan dialihkan ke utara. Walaupun saya ndak ngerti jalan, saya coba telusuri aja. Ehh.. lha ko malah saya sampai di suatu tempat yang saya ndak tahu namanya dan saya ndak ngerti kenapa saya ngikutin aja bapak-bapak yang belok ke suatu gang yang ternyata gang itu jalannya nurun dan buntu. Gelap pula! Jiaaaa…
Di situlah saya merasa ban belakang saya mulai oleng. Kenapa ini? Oh plissss…jangan sampai bocor di tempat seperti ini. Sepi banget. Saya liat, ternyata benar. Saya harus balik arah, mengikuti jalan awal saya tadi (dan itu berarti saya harus jalan naik). Mana kuat saya nuntun motor dengan kondisi jalan naik? Tapi kalau motor dinaikin bisa-bisa bannyaa hancur. Ahh..bodo amat dah. Saya sudah cukup panik dengan kondisi seperti itu (malam-malam, cewek sendirian, sepi, gelap, ban bocor, gag ada duit) dan saya gag mau memperparah keadaan dengan lama-lama memikirkan “saya sebaiknya gimana?”. Sempat kepikiran untuk menelpon teman saya karena (untuk sesaat ) saya panik. Lalu saya sadar, orang saya juga gag tahu saya lagi ada di daerah mana, nanti teman saya gimana nyamperinnya? :D
Saya menelusuri lagi jalan yang tadi saya lewati, sampai ke WTS lagi. Dengan keringetan dan muka melas saya bilang sama teman saya, “Ban saya bocor…”
Menahan tawa, mereka nanya, “Lha dimana?”
“Di deket sungai.”
“Trus sekarang motornya masih di sana?”
“Engga, tuh saya bawa ke sini.”
“Kamu naikin?”
“Hehe. Iya. Mungkin ban dalamnya sudah hancur.”
“Ealah. Napa gag di tuntun aja?”
“Saya gag kuat pakde…tahu sendiri jalannya naik turun.”
Lalu dengan diantar teman saya, saya cari tukang tambal ban. Katanya di dekat Afandi masih ada yang buka. Lalu kami meluncur ke sana. Sama bapak tukang tambal bannya saya diliatin paku yang nusuk ban saya. Ban saya robek parah. Harus ganti. Karena saya gag bawa duit, saya ngutang dulu sama teman saya :D. (Betapa kurang ajarnya saya dan betapa baiknya teman saya itu)
Selesai urusan, kami balik lagi ke WTS. Setelah mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan berjanji untuk segera melunasi hutang saya, saya pamit pulang. Gag jadi nonton classic rock.
Sampai di kos, saya gag bisa tidur. Efek kopi mulai terasa (saya tadi pesan kopi di WTS). Parahnya lagi, sakit gigi saya kambuh. Duh! Saya inget, saya masih punya obat pereda rasa nyeri, tapi saya gag ada makanan untuk dikunyah (saya gag bisa makan obat langsung tanpa ada makanan untuk membantu menelan). Teman-teman saya sudah pada tidur. Satu-satunya makanan yang ada di kamar saya adalah keripik tempe yang mungkin hampir kadaluarsa. Sebodo teuing lah, daripada saya kesakitan terus-terusan, mending makan keripik tempe hampir basi dan makan obat. Bismillah. Moga-moga gag keracunan :D
Dalam perjalanan saya menuju pulau kapuk sambil menahan rasa nyeri, saya coba introspeksi diri. Seharian ini apa saja yang saya lakukan sehingga Tuhan menegur saya dengan kesialan-kesialan ini. Lalu saya sadar, seharian ini saya telah banyak berbohong.
Kebohongan pertama. Dimulai kepada temannya teman saya :P. Jadi ada seorang cowok yang datang ke kos, nyari teman saya, Inem. Si Inem ini gag mau ketemu sama dia. Mereka lagi ada masalah. Dan dikorbankanlah saya. Saya disuruh bilang kalau Inem gag ada di kos. Parahnya, ketika saya nemuin tuh cowok, ada bapak kos di depan. Beliau jelas-jelas tahu kalau Inem ada di kos. Mampus lah saya. Mungkin saya udah dicap sebagai tukang boong ama beliau :/.
Kebohongan kedua. Ketika saya onlen di fesbuk, tante saya nge-chat. Beliau tanya, “Udah sampai bab berapa skripsinya?”
Ngik… saya paling takut kalau ditanyain seperti ini. Bukan takut dengan pertanyaannya. Tapi saya takut karena saya harus bohong untuk menjawabnya. Tolong maafkan saya ya…

Photobucket
Kebohongan ketiga. Sebenarnya bukan bohong sih, lebih tepat dikatakan kalau saya mencoba untuk “curang”. Saya yang awalnya sudah komit untuk gag pulang malam-malam, ternyata tergoda untuk liat classic rock live concert.
Ternyata, kalau dihitung-hitung dalam sehari saja dosa saya sudah banyak banget. Itu baru yang sadar. Yang gag sadar belum dihitung, termasuk yang nggosipin orang, buruk sangka, niat jahat, dll. Ya Tuhan… sepertinya saya harus mulai tobat…

Photobucket

Maret 09, 2011

Tuhan-Alam-Manusia

Saya ingat beberapa saat yang lalu, ada seseorang yang cerita kepada saya mengenai Tuhan, alam, dan manusia. Antara alam dan manusia, yang lebih dahulu diciptakan oleh Tuhan adalah alam. Dan ternyata manusia itu diciptakan paling belakangan, dan masa hidupnya di dunia ini cuma sebentar banget.

Jadi misalkan Tuhan itu menciptakan dunia ini menjadi 12 bulan, Januari-Desember, maka alam itu diciptakan pada tanggal 1 Januari. Lalu dinosaurus diciptakan tanggal 26 Desember, dan kemudian tanggal 27 Desember dinosaurus itu dimusnahkan. Baru kemudian Tuhan menciptakan manusia pada tanggal 30 Desember. Padahal tanggal 31 Desember dunia sudah tamat.

Terus terang saya jadi merinding. Dengan masa hidup yang sesingkat itu, kenapa kita masih saja berlaku sombong, tak pernah menggunakan akal kita? Mungkin kita selalu menggunakan pikiran kita, tapi kita jarang sekali, bahkan tak pernah menggunakan akal.

Itu hanya permisalan saja, sekedar mengingatkan bahwa ternyata hidup kita hanya sebentar di dunia. Kalau ada yang salah mohon dikoreksi, mungkin pendengaran-ingatan-pemahaman saya keliru. :D

Mari berbuat baik, untuk sesama dan lingkungan kita.


Photobucket