Desember 19, 2012

Tanggal 20


Sehari  setelah tanggal 19. Huft. Aku pernah bertekad, untuk bulan Desember ini aku akan melupakan tanggal. Ada satu tanggal yang sesuatu banget.  Itu tadi, tanggal 19. Tanggal ulang tahun (sebut saja) M dan H, yang kebetulan banget bareng. Berarti kamu belum move on? Entah. Kupikir sudah, hanya saja, aku jadi teringat hal-hal yang lalu dan tiba-tiba merasa sedih. Aku juga takut jika nantinya aku gag bisa nahan keinginan untuk mengirim sms ucapan selamat. Jangan sampai!

Tekadku untuk melupakan tanggal itu sudah berhasil, hingga pada akhirnya tanggal 15, Bapak mengingatkanku untuk tidak lupa memasukkan lamaran yang tenggat waktunya adalah tanggal 18. Mau tidak mau aku jadi harus menghitung tanggal. 15, 16, 17, 18, hingga akhirnya ketemu sama 19. Hmmm jadi keinget dan rasanya ‘ahhh, betapa menyakitkan...’. dan kemarin tepat pukul 8 AM, alarmku berbunyi. Ternyata dulu aku pernah menandainya sebagai hari istimewa. Hahahaha. *Menertawakan diri sendiri*

Memang, dulu itu pernah jadi hari istimewa dan aku juga pernah berpikir bahwa memang hari itu akan selamanya istimewa, karena setelah putus dengan M, aku bertemu dengan H. Jauh aku berlari menghindarinya tapi ternyata ketemu lagi dengan orang yang 'setipe' dengan dia. Aku bertanya-tanya, ini kebetulan, atau memang sudah dituliskan? (yang jelas semua yang terjadi emang udah dituliskan sama Dia ya...hehehe). I mean, apa kita berjodoh? Dulu kupikir, kebetulan ini akan jadi 'sesuatu'. Tapi ternyata tidak. Hasilnya begitu ‘cethar membahana’ mengejutkan hatiku. 

Sepertinya memang aku belum move on. Terbukti aku masih membahas masalah dia. Katanya orang yang belum move on tidak boleh berharap untuk bertemu orang lain karena dikhawatirkan akan jadi pelampiasan saja. Dulu aku memegang prinsip itu. Tapi sekarang tidak. Aku merasa, aku butuh seseorang untuk bisa move on, berpindah dari ketergantunganku pada masa lalu, padanya, masa depan yang akan menantiku.

Lantas apa yang terjadi pada 19 itu? Tidak ada. Aku berhasil melewati kekhawatiranku sendiri. Memang aku teringat, tapi pada akhirnya kuputuskan untuk menertawakan kesedihan itu. Sahabatku Cak Ambon dan Iim pernah berkata, kesedihan adalah hal konyol yang pantas untuk ditertawakan. Yeah, aku menertawakannya, puas. Aku bahagia. Aku berhasil untuk tidak bersedih berlebihan, aku berhasil menahan diri untuk tidak mengirim pesan baik sms maupun fb, aku berhasil untuk tidak ngetwit dan nyetatus geje galau. Yay! =))))))

Tidak ada komentar: